(Manusia dan Pandangan Hidup)
Rabu, 15 Mei 2013
Selasa, 14 Mei 2013
Banyak yang gelisah akibat UN
(Manusia dan Kegelisahan)
Tidak ada seorang manusia pun yang tidak merasakan kegelisahan.
Kalau kita melihat seluruh makhluk yang hidup di muka bumi ini akan kita dapati
bahwa manusia senantiasa dipengaruhi oleh ketakutan yang menuntunnya ke kegelisahan.
Orang-orang
di sekeliling kita bahkan dalam diri kita sendiri, baik besar, kecil, laki-laki
maupun perempuan, semuanya merasakan ketakutan atau kegelisahan. Kegelisahan
merupakan fenomena umum dan ciri khas yang hanya dimiliki manusia. Hal ini
kiranya memerlukan kesadaran dari kita guna memikirkan cara-cara untuk
menghindarinya, sebab pada hakikatnya kegelisahan merupakan reaksi natural
terhadap faktor-faktor dan pengaruh-pengaruh internal maupun eksternal. Tentu
saja kegelisahan yang dialami setiap orang tidaklah sama, tergantung
kepribadian, kebutuhan, keadaan, dan tanggung jawab masing-masing.
Ujian
Nasional menjadi periode yang menggelisahkan bagi siswa dan orang tua. Selain
tekanan untuk dapat lulus, siswa juga harus menghadapi ujian untuk masuk
perguruan tinggi. Ujian Nasional juga berdampak multi-stres. Murid tertekan,
orang tua gelisah, guru bingung, kepala sekolah depresi.
Kacau-balaunya Ujian
Nasional (UN) pada tahun ini menimbulkan banyak permintaan agar UN tak lagi
dijadikan alat evaluasi. Namun, hal itu tidak akan terjadi selama kurikulum
baru yang tengah digagaskan tidak segera dijalankan. Wakil Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Musliar Kasim mengatakan bahwa evaluasi terhadap siswa bisa saja
berubah. Namun, apabila Kurikulum 2013 yang memiliki metode pendekatan baru ini
tidak dilaksanakan maka evaluasi siswa secara nasional tetap akan menggunakan
UN. Namun para guru banyak yang tidak setuju dengan kurikulum baru tersebut. Mereka
menilai anak-anak murid akan tidak biasa dengan kurikulum tersebut. Selain anak-anak,
para guru pun akan tidak biasa maka perlu diadakan pelatihan dulu sebelumnya. Dan
hal ini perlu dipikirkan matang-matang.
Minggu, 12 Mei 2013
Siapa yang bertanggung jawab ?
(Manusia dan
Tanggung Jawab)
Di Indonesia
pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit-rumah sakit masih jauh dari
bagus. Banyak sekali kasus-kasus yang sudah terjadi, salah satu nya seperti
kasus yang dimuat dikoran warta kota edisi Jum'at (12/4) dan bahkan sudah
sering ditayangkan di media elektronik seperti televisi. Kasus bayi Edwin yang
harus kehilangan dua ruas jari telunjuknya. Menurut pihak rumah sakit jari bayi
berusia 2,5 bulan itu terlepas dengan sendirinya karena terjadi jaringan mati
pada dua ruas jari itu. Namun kedua orang tua bayi Edwin merasa kecewa dengan
bantahan rumah sakit tersebut karena merasa pihak rumah sakit telah memotong
atau mengamputasi dua ruas jari telunjuk anaknya. Dan masih banyak kasus-kasus
lainnya yang membuat pasien merasa dirugikan. Jika sudah seperti ini, pihak
rumah sakit tidak ingin disalahkan, dan pasien pun tidak ingin dirugikan.
Pasien selalu menginginkan pelayanan yang terbaik dari rumah sakit yang ia
pilih sebagai tempat yang tepat untuk mengobati sakit yang diderita. Namun
dengan maraknya kasus-kasus seperti itu, sepertinya banyak orang yang ragu
untuk pergi ke rumah sakit. Lalu siapakah sebenarnya yang harus bertanggung
jawab atas kasus seperti itu ? Menurut Marius Widjajarta seorang pengamat
kesehatan yang juga ketua Yayasan Perlindungan Konsumen Kesehatan Indonesia
mengatakan bahwa di Indonesia tidak ada standar pelayanan medik yang berlaku
secara nasional. Sehingga pelayanan kesehatan yang diberikan rumah sakit-rumah
sakit di Indonesia masih jauh dari bagus. Selama tidak ada standar pelayanan
medik nasional, maka kasus-kasus seperti itu akan terus ada kedepannya.
Sabtu, 11 Mei 2013
Makan-Makan-Makaaaan :)
Kita berdua emang sama-sama suka makan. Sukaaaaa banget, hahahaa :D sore tadi selesai praktikum, kita berdua sepakat buat makan sore dulu. Karena udah lama ga makan di pecel lele lela, akhirnya tadi kita sepakat buat makan disana. Menu yang kita pesen yaa seringnya sih ayam bakar saus padang, walaupun tempat makan itu lebih terkenal dengan lele nya tapi yaa kita seringnya pesen ayam bakar saus padang. Soalnya enak sih yaaa saus nya itu, apalagi ayam nya itu empuuuk banget, wiiiih. Nih ekspresi muka si Mr.Fandy aja sampe kayak gini makan ayam bakar saus padangnya hahaha
Dan inilah ekspresi terbaik nya hehehehe
Selesai makan, gue beli sop buah yogurt. Gilee, laper apa doyan nih gue ? hahaha gapapalah kan masih dalam masa pertumbuhan. Cuma menurut gue rasa yogurtnya itu kurang berasa deh.
uppsss maaf yaa Mr.Fandy sayang, kamu nya setengah muka doang. tapi tetep tampan kok heheheh
Jumat, 10 Mei 2013
Today and Past
Dijaman modern seperti ini yang semua serba canggih, masih saja terdapat peraturan untuk membuat suatu laporan menggunakan mesin tik. Olalaaaaa ~~~~
We like action film
So what's next darling ??? hehehee :*
Adilkah semua ini ?
(Manusia dan Keadilan)
Seringnya kecelakaan dijalan raya membuat kita harus
lebih berhati-hati dalam berkendara. Kecelakaan biasanya terjadi dikarenakan
kurangnya kesadaran untuk mematuhi peraturan yang ada. Membicarakan masalah
peraturan dijalan raya, sering saya melihat pengendara yang menggunakan “seragam”
dengan santainya menerobos lampu merah, tidak memakai helm saat berkendara atau
ketika ada pemeriksaan surat-surat berkendara para pengendara “seragam” itu
tidak terkena pemeriksaan.
Sayangnya saya tidak mengabadikan
peristiwa-peristiwa yang membuat saya heran itu. Kita sudah tahu bahwa lampu
lalu lintas saat berwarna merah itu artinya semua pengendara baik motor, mobil
ataupun yang lainnya harus berhenti, tetapi yang saya lihat ada seorang pengendara
sepeda motor yang “berseragam” tidak berhenti seperti saya dan yang lainnya,
dia terus menerobos lampu merah dan yang membuat saya makin heran, dijalan itu
terdapat seorang polisi yang sedang bertugas tetapi polisi tersebut membiarkan
pengendara yang menerobos lampu merah tadi. Bayangkan ketika orang biasa yang
bukan siapa-siapa melakukan hal seperti itu juga, pasti sudah kena tilang bukan
? Mengapa demikian ? Entah karena apa mereka seperti diistimewakan. Apa karena
mereka mempunyai pangkat dan berseragam sedangkan yang tidak demikian harus
mengikuti peraturan yang ada jika sekali saja melanggar, maka akan langsung
dikenakan sanksi ?
Dan mungkin kita masih ingat tentang peristiwa yang
pernah marak di berbagai media, entah itu televisi, surat kabar, ataupun
internet. Seorang pemuda yang merupakan anak dari seorang pejabat negara
mengalami kecelakaan mobil dan menewaskan beberapa orang. Ia beruntung karena
ayahnya merupakan salah satu orang penting di negara ini. Ayahnya langsung
menyatakan rasa duka yang mendalam, minta maaf, dan memberikan santunan kepada
korban. Setelah itu pemuda tersebut tidak ditahan. Sementara seorang lelaki
yang berprofesi sebagai supir angkot yang penumpangnya terjun dari angkot
karena merasa supir angkot tersebut akan menculiknya langsung ditahan oleh
pihak kepolisian dan mendapatkan sanksi atas meninggalnya penumpang tersebut. Mengapa
hal yang sama-sama menghilangkan nyawa orang lain mendapatkan hukuman yang
berbeda ? Ketidakadilan seperti ini apakah disebabkan karena status sosialnya ?
Hukum seharusnya menegakkan keadilan yang setinggi-tingginya karena negara kita
adalah negara hukum. Seharusnya semua masyarakat Indonesia siapapun orangnya
mendapatkan perlakuan yang sama dan tidak dibeda-bedakan.
Kamis, 09 Mei 2013
Sudah Jatuh Tertimpa Tangga
(Manusia Dan Penderitaan)
Sudah jatuh tertimpa tangga. Yaa
kalimat tersebut memang yang sering dialami rakyat kecil yang hidup di
pedalaman. Minimnya sarana dan prasarana membuat masyarakat tersebut sulit
mendapatkan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Pendidikan yang rendah membuat
mereka sulit mendapatkan pekerjaan dan membuat penghasilan mereka pun sangat
kecil atau bahkan mereka tidak memiliki penghasilan jika tidak memiliki
ketrampilan. Jadi, bagaimana anak-anak yang hidup disana bisa mendapatkan
kehidupan dan pendidikan yang layak ?
Hal ini dirasakan oleh wira,
seorang bocah asal desa Tenjo, Kabupaten Bogor. Menurut koran Radar Bogor edisi
Selasa (30/4) karena minimnya fasilitas serta rendahnya perekonomian warga
daerah tersebut membuat anak-anak ikut menderita. Wira, mendapatkan perawatan
medis di Rumah Sehat Terpadu Dompet Duafa, Kecamatan Kemang. Tim medis
mendiagnosa Wira terkena marasmus kwarsiorkor atau kekurangan kalori dan
protein. Wira yang berusia 8 tahun hanya memiliki bobot 11 kilogram, padahal
seharusnya sekitar 25 kilogram untuk anak seusianya. Karena Wira mengalami
sakit sejak kecil, sehingga sampai saat ini ia belum bersekolah. Orang tuanya
yang hanya berprofesi sebagai pedagang & buruh tani membuat pengahasilan
mereka tidak tetap dan membuat anak mereka kekurangan gizi karena
keterbatasannya dana yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mereka.
Menurut dokter di rumah sakit
tempat Wira dirawat, gizi buruk bisa terjadi karena lingkungan pasien yang kurang
sehat, seperti pola kehidupan keluarga dan sanitasinya. Dan diperlukan waktu
sekitar satu bulan dengan perawatan yang maksimal untuk mengembalikan berat
normal Wira.
Mungkin tidak hanya Wira saja yang
mengalami hal demikian, banyak anak-anak Indonesia yang lainnya yang mengalami
kekurangan gizi. Sudah hidup serba kekurangan, harus juga merasakan penderitaan
yang lainnya seperti sakit yang membutuhkan biaya agar cepat sembuh. Bagaimana
bisa membayar biaya untuk berobat ke dokter, jika untuk makan sehari-hari saja
sulit. Apakah mereka yang serba kekurangan tidak boleh mengalami sakit ?
Seharusnya kita membuka mata, melihat betapa menderitanya mereka yang hidup
serba kekurangan. Sudah sepantasnya lah kita sebagai manusia menolong orang
lain yang membutuhkan. Tidak acuh terhadap mereka. Semoga saja pemerintah mau
lebih memperdulikan rakyat kecil, agar rakyat kecil khusunya anak-anak tidak
lagi mengalami gizi buruk seperti Wira. Karena mereka lah penerus bangsa ini.
Langganan:
Postingan (Atom)